"Catatan Psikologi: Bab 9 – Keadaan Tertidur" Oleh Mario Djabbar

Ketika kita tertidur otak atau tubuh kita tidak sekedar menjadi tidak aktif. Malah sebenarnya, tidur adalah keadaan lain dari kesadaran. Walau kamu terlihat “mati” untuk dunia di sekitarmu, ketika kamu tertidur, pengindraan dan persepsimu masih tetap bekerja.
Secara teknis, tidur adalah keadaan ketika kita kehilangan
kesadaran hampir secara keseluruhan yang bersifat alamiah, periodik, dan reversible. Tidur pun berbeda dengan hibernasi, koma, atau ketika kamu berada dalam pengaruh anesthesia.
Walaupun sepertiga dari hidup kita kita lewati dalam keadaan tertidur, dan kita tahu bahwa tidur itu diperlukan untuk kesehatan dan kelangsungan hidup kita, belum ada penjelasan ilmiah mutlak mengenai mengapa kita tidur. Kita hanya tahu bahwa:
  1. Tidur mengizinkan saraf dan sel-sel lain untuk beristirahat dan memperbaiki diri mereka.
  2. Tidur mempercepat pertumbuhan, karena kelenjar bawah otak menyekresi hormon pertumbuhan (alasan kenapa bayi sering sekali tidur).
  3. Tidur meningkatkan kemampuan mengingat dan juga kreativitas.

Eugene Aserinsky
Pada awal tahun 1950-an, Eugene Aserinsky memasang elektrod di kepala anaknya sebelum anaknya tertidur. Elektrod tersebut terhubung dengan EEG (electro-encephalograph) yang mengukur aktivitas elektrik dari otak.
Mesin tersebut memperlihatkan bahwa dalam tidurnya, otak dari anak Eugene dipenuhi dengan gelombang otak. Hal ini menyebabkan pemahaman baru bahwa otak tidak menurunkan aktivitas ketika ia tertidur.
Eugene pada akhirnya menemukan tahap tidur yang disebut REM (Rapid Eye Movement). REM sendiri adalah tahap yang aneh ketika otak beraktivitas walaupun tubuh tertidur pulas.
Di kemudian hari, Eugene dan kerabat kerjanya Nathaniel Kleitman menjadi pelopor dari penelitian mengenai tidur.

Tahap Tidur
  1. Gelombang Alfa
Gelombang Alfa terjadi ketika kelenjar pineal mengeluarkan hormon melatonin yang membuat kita terkantuk, dan dengan efektif menggantikan tugas hormon seperti kortisol yang disekresi oleh sistem endokrin. Alhasil, kita mengantuk, tetapi belum tertidur.
  1. NREM-1
Pada tahap pertama non-Rapid Eye Movement, napas kita memelan dan kita tertidur. Gelombang Alfa berpindah ke gelombang NREM-1 yang bersifat irregular.
Pada tahap ini pula biasanya terjadi sensasi hipnagogik: ketika kamu merasa sedang jatuh, dan seluruh otot tubuh seketika menegang, jantung berdetak kencang, dan begitu juga dengan napasmu.
  1. NREM-2
Di NREM-2, otak mengeluarkan gelombang aktivitas yang cepat. Pada tahap ini, kamu secara efektif tertidur, tetapi masih dapat dibangunkan dengan mudah.
  1. NREM-3
Pada NREM-3, otak mengeluarkan gelombang delta yang pelan. Jika ditelusuri hingga tahap ini, kita biasanya mengalami mimpi yang bersifat fragmentaris (terpecah-pecah).
  1. REM
Pada tahap REM, mata akan bergerak dengan cepat seperti halnya ketika masih terbangun. Di tahap ini pula mimpi bersifat jernih dan visual. Anehnya, bagian motorik otak beraktivitas layaknya ketika sedang terbangun, hanya saja batang otak memblokir impuls darinya sehingga otot tidak melakukan apa-apa—rileks dan seakan-akan lumpuh—kecuali untuk mata.
Tahap dua hingga lima merupakan sebuah siklus yang terulang tiap sekitar sembilan puluh menit.

Fungsi Tidur
Tentunya, tidur sangatlah penting. Jika kita kekurangan tidur, hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan, kemampuan berpikir, dan mood. Malahan:
  1. Kekurangan tidur adalah salah satu penyebab depresi.
  2. Kekurangan tidur berhubungan dengan kenaikan berat badan (karena hormon napsu makan dan hormon penekan napsu makan mengalami gangguan).
  3. Kekurangan tidur menekan sistem imun tubuh dan melambatkan reaksi kita sehingga sangat fatal jika kamu bawa mengemudi.

Penyakit Tidur
Insomnia terjadi ketika kita mempunyai masalah dalam memulai tidur atau dalam terus tertidur.
Narkolepsi adalah kebalikan dari Insomnia: ketika kita mengalami “serangan kantuk kilat” yang tidak tertahankan bernama serangan tidur. Narkolepsi jarang terjadi, dan biasanya disebabkan oleh kekuarangan neurotransmitter bernama hipokretin yang membantu kita untuk terus terbangun. Dalam kasus yang lebih jarang, narkolepsi bisa juga disebabkan oleh trauma yang dialami otak, infeksi, atau penyakit parah.
Apnea tidur yang lebih jarang dari narkolepsi adalah sebuah kelainan yang menyebabkan berhentinya napas ketika kita tertidur hingga kita dibangunkan oleh tingkat oksigen yang rendah.
Kelainan Tingkah Laku Tidur REM adalah kelainan yang membuat tubuh merespon bagian motorik otak dan membuat kita bergerak dalam tidur kita ketika kita mempunyai mimpi. Walau belum dipahami secara mendalam, kelainan ini diasosiasikan dengan kekurangan dopamin.
Teror malam adalah ketika kita mengalami peningkatan detak jantung dan napas, dan mendengar teriakan dan suara-suara aneh. Teror malam biasanya dialami oleh anak di bawah umur 7 tahun dan bisa disebabkan oleh stress, kelelahan, kekurangan tidur, dan tidur di tempat yang tidak familiar. Seperti sleepwalk dan sleeptalk, terror malam terjadi pada tahap NREM-3 dan tidak sama dengan mimpi buruk yang terjadi pada taham REM.

Mimpi
Dalam tahap REM, mimpi terjadi secara jelas, emosional, dan sangat aneh. Walau terkadang mimpi bisa mengandung unsur cerita yang sangat aneh dan tidak masuk akal, kebanyakan mimpi hanyalah rekoleksi dari apa yang kita lakukan pada siang harinya. Jika pada siang harinya kamu terus bermain game online, mimpimu pada malam harinya bisa tentang game online itu juga.
Jika kamu mengalami sebuah trauma, otakmu bisa memberimu mimpi buruk untuk membantu menghilangkan rasa takutmu terhadap trauma yang sama pada siang hari. Hanya saja, terkadang kita tidak dapat berhenti memimpikan mimpi buruk yang sama, dan kelainan ini bernama Post-Traumatic Stress Disorder.
Pemikiran sadar dan tidak sadar dapat membantu memasukan unsur-unsur yang tidak kita hiraukan pada siang hari seperti suara alarm mobil atau wajah seorang kasir di toko buku yang kamu kunjungi. Untuk itulah terkadang kita memimpikan wajah-wajah yang tidak kita kenal.
Fungsi dari sebuah mimpi pun menjadi topik hangat yang menggabungkan neurosains dan psikologi, dan bernama oneirologi.

Mimpi Menurut Sigmund Freud
Pada buku yang ia publikasikan di tahun 1900 yang bernama “Interpretasi Mimpi”, Sigmund Freud menggagaskan bahwa mimpi adalah cara kita untuk membantu mewujudkan keinginan kita.
Freud menggagaskan bahwa konten yang dimanifestasikan oleh mimpi adalah hal-hal yang kita ingat pada siang harinya dalam versi yang disensor dan simbolis. Hal-hal ini adalah hal-hal yang menjadi konflik dalam diri kita dan merupakan representasi dari apa yang kita inginkan.
Hanya saja, teori Freud tidak didasari oleh bukti ilmiah dan seringkali diabaikan oleh komunitas ilmuwan karena kamu bisa menginterpretasikan mimpi sebagaimana pun yang kamu mau.
Catatan kecil: bahkan untuk Freud, sigar hanyalah sigar, dan bukan sesuatu yang menyebabkan kanker rahang yang membuatnya bunuh diri dengan menginjeksi morfin karena derita yang ia alami ketika melawan kankernya.

Teori Lain tentang Mimpi
Teori Pemprosesan Informasi menggagaskan bahwa mimpi membantu kita untuk mensortir ulang kejadian di siang hari dan memantapkannya menjadi memori kita. Hal ini menjadi cukup penting dalam proses pembelajaran dan pengingatan informasi baru, dan beberapa studi menggagaskan bahwa kita mempunyai ingatan yang lebih baik setelah tidur REM yang penuh dengan mimpi.
Teori Fungsi Fisiologis menggagaskan bahwa mimpi membantu perkembangan saraf dan menjaga koneksi saraf dengan memberikan otak berbagai macam stimulasi. Ini telah ditunjukan oleh data gelombang otak, dan juga bagaimana otak memperluas koneksinya ketika distimulasi. Teori ini juga menjelaskan mengapa bayi tidur lebih banyak, yaitu untuk membantu mengembangkan koneksi otaknya lebih cepat. Teori ini juga mirip dengan gagasan bahwa mimpi adalah perkembangan kognitif: mimpi mengumpulkan pengetahuan dan pemahaman kita terhadap dunia, meniru realita, dan melatih jaringan otak yang sama ketika kita terbangun.
Ada pula beberapa teori yang difokuskan kepada tidur REM dan bagaimana tidur REM merangsang aktivitas saraf, dan mimpi adalah efek samping dari tidur REM. Dari teori-teori ini, dapat disimpulkan bahwa mimpi adalah usaha otak untuk “membuat sebuah cerita” dari berbagai macam hal-hal yang telah kita indrakan, emosi, dan memori—hanya saja, karena ini, mimpi terlihat sangat acak dan sangat aneh.
Hingga sekarang, ilmuwan masih pula memperdebatkan fungsi dari mimpi. Hanya saja, apa yang kita tahu adalah bahwa tidur REM sangat penting baik seraca biologis maupun secara psikologis.
Sumber : https://mariodjabbar.wordpress.com/

Comments